Jernang (Dhaemorhop
draco) merupakan tanaman yang populer bagi petani tanaman hutan khususnya
di Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen, karena mempunyai nilai jual tinggi.
Sayangnya, tanaman ini membutuhkan waktu yang cukup lama untuk dapat tumbuh
secara alami. Untuk mengatasi hal tersebut, KTH Alue Seumantok Kecamatan
Peudada (Azhar Ajalil) yang di dampingi oleh Penyuluh Kehutanan (Sufriadi, SP.)
serta Pamhut KPH II (Edy Syahputra) telah mengembangkan teknik pembibitan jernang.
Pak Keuchik juga turun tangan untuk membantu KTH Alue Seumantok
Pembuatan Kebun Bibit seluas 15 m x 80 m dengan kapasitas bibit 40.000 batang.
Bibit Jernang yang sudah siap dipindahkan ke persemaian
Bibit Jernang yang berasal dari stek/cabutan alam
Ketua KTH Alue Seumantok Kecamatan Peudada Tgk. Azhari Ajalil dengan kreteknya
Tok...Tok...Tokkk.....godam Penyuluh Kehutanan mengahantam patok....semangat pantang surut
Penyuluh Kehutanan bersama Ketua KTH sedang memasang patok untuk pembuatan bedengan
Media Tanam Jernang yang sudah siap
Ketua KTH Alue Seumantok sedang melakukan penanaman bibit kemedia tanam
Pemasangan Sarnet di Kebun Bibit Jernang Alue Seumantok hampir Rampung
Bapak Edy Syahputra dari Pamhut KPH II sedang memantau proses pemasangan Sarnet di KTH Alue Seumantok
”Persiapan
bibit jernang hingga bibit siap tanam memerlukan waktu lama, mencapai 2 tahun.
Hal ini disebabkan adanya hambatan dalam proses perkecambahan dan pertumbuhan
bibit yang lambat” kata Ketua KTH Alue Seumantok Azhar Ajalil.
Menurutnya,
hal ini dapat dimaklumi karena untuk memperoleh bibit jernang tidaklah mudah.
Tetapi melalu beberapa tahapan yang waktunya tidak pasti tergantung kondisi.
Adapun tahapan tersebut adalah: penanganan buah, pematahan dormansi
(berhentinya pertumbuhan tanaman), penanganan kecambah (mulai dari lepasnya over
colume sampai munculnya plumula dan radikel), penyapihan dan pengantian
polybag untuk mengoptimalkan pertumbuhan.
Selain
itu, apabila tanaman sudah mulai tumbuh maka diperlukan pemacuan pertumbuhan
bibit untuk meningkatkan pertumbuhan. Salah satu caranya melalui pemupukan
dengan penambahan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman ke dalam media tanam,
mulai dari penambahan bahan organik (pupuk kandang atau kompos) sebagai
campuran media tanam atau dengan pemberian pupuk langsung pada tanaman.
Ketua
KTH Alue Seumantok juga mengingatkan adanya serangan penyakit pada proses
pembibitan rotan jernang. Salah satu penyakit tersebut adalah bercak karat yang
bisa menyebabkan kematian pada bibit. “Gejala awal serangan penyakit ini berupa
bercak kuning pada daum yang berkembang menjadi warna coklat dan kering. “Penyebab
penyakit ini belum bisa diketahui secara pasti, masih menunggu hasil
identifikasi”.
Selain
penyakit tersebut, masih ada penyakit lain yang mengancam pembibitan dan
budidaya rotan jernang. Umumnya, gejala dan tanda seranga penyakit tersebut
mirip pada tanaman lain.
Komentar
Posting Komentar